MEMBANGUN MORALITAS BANGSA
Oleh: Drs.Samsuddin,M.Ag
Pendahuluan
Dalam beberapa tahun ini kita melihat fenomena anak bangsa, mulai
dari usia remaja, dewasa yang bahkan
orangtua cenderung melakukan perbuatan aksi social yang menyimpang, aktivitas
yang dilakukan terkesan bebas nilai, mulai dari politisi, penegak hukum,
legeslatif, eksekutif, tenaga pendidik orangtua, sampai kepada kehidupan remaja
kita tampaknya kalau diamati dari berita media, baik media elektronik maupun
media cetak perilaku anak bangsa telah cukup mencemaskan, moralitas bangsa
telah terpuruk, kegelisahan ini presiden RI SBY sempat berkomentar lebih kurang
mengatakan “ moralitas bangsa telah cukup menghawatirkan”.
Untuk menguak realitas fenomena di atas pada tulisan akan
diturunkan pembahasan seputar masalah bagaimana membangun kembali moralitas
bangsa,agar perilaku dan moral bangsa ini kembali kepada fithrah yang utuh dan bersinergi serta
dapat mewujudkan misi kemanusiaan yang hakiki.
Menguak
Moralitas Bangsa
Cukup banyak kasuistis perilaku masyarakat yang menyimpang dan
kasus tersebut dapat berdampak negative terhadap dirinya dan tidak mustahil
bisa juga berdampak sistemik terhadap masyarakat banyak, salah satu di
antaranya adalah kasus trio moral adegan panas yang mirip Ariel, Luna Maya dan
Cuttari, kasus ini hamper satu bulan menjadi pemberitaan media masa dan media
cetak dan bisa mengalahkan dan menenggalamkan berita penting lainnya seperti
kasus Century, kasus Jenderal besar Susno Duadji.
Kasus pornografi dan pornoaksi berdampak negative secara sistemik
kepada masyarakat, terlebih-lebih kepada remaja dan pelajar/mahasiswa, pada
akhirnya cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda kita, data
menunjukkan sebagaimana yang dilansir Komisi Perlindungan Anak (KPA) pada
harian Waspada (koran Nasional
yang terbit di Sumatera Utara Medan)
bahwa 97 % remaja pernah menonton atau mengakses pornografi, dan 93 %
pernah berciuman sedangkan 62 % pernah berhubungan badan serta 21 % remaja
telah melakukan aborsi. Data ini cukup beralasan di mana KPA telah melakukan
survey terhadap remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia. Dan juga majalah BIAS
edisi Juli 2010 melansir dan mempertegas berita yang cukup mencengangkan itu
bahwa 62,7 % anak-anak SMP ternyata sudah tidak perawan lagi dan 21% siswa SMA
pernah melakukan aborsi.
Kasus lain yang paling
menggemparkan di seputar awal tahun 2010 lalu adalah kasus moralitas bangsa di
kalangan penegak hukum yakni adanya markus Anggodo yang terkuak di pengadilan
mahkamah konstitusi, dari adegan sang Anggodo yang melakukan negosiasi dengan
aparat penegak hukum baik dari
kepolisian maupun dari pengadilan, dari kasus ini tampak jelas betapa
terpuruknya moralitas bangsa, para penegak hukum telah terjerumus persoalan pragmatis,
kapitalis dan individualistis, tidak cukup hanya itu terbongkarnya kasus Gayus
seorang pegawai negeri di Dirjen Pajak pusat, kasus ini sempat menggegerkan
saentero nusantara seorang Gayus bisa melincinkan perkaranya dengan memberikan
sejumlah material kepada orang-orang tertentu baik di kepolisian maupun juga di
pengadilan, akhirnya dia bebas dari perkaranya, tak lama setelah itu muncul
sang pahlawan Mantan Kabagreskrim Polri Jenderal Susno Duadji, mencoba membuka
kran kasus Gayus, ternyata markus yang dilakukan oleh Gayus adalah melobi
aparat penegak hukum, dan akhirnya Gayus mendekam dalam trali besi, Gayus juga
memperkaya dirinya dan keluarga dengan memanfaatkan jabatannya hingga kini
menurut laporan media massa maupun cetak Gayus tercatat PNS terkaya di
Indonesia, hal ini cukup beralasan hanya seorang pegawai negeri golongan III/a
mampu mengumpulkan uang sampai miliaran rupiah.
Kasus lain adalah patologi social yang selalu meresahkan orangtua,
masyarakat bangsa dan Negara, termasuk NARKOBA, peredaran Narkoba berbagai
modus operandi mulai dari kemasan kecil yang berbagai bentuk termasuk kemasan
yang bisa di masukkan ke dalam sandal sampai kepada tempat yang sensitive peria
dan wanita, sekedar bukti peradaran Narkoba ini, Waspada, melansir
berita pada pada tanggal 28 juli 2010 di mana seorang pengedar narkoba berinisial Et, 34 warga Kecamatan Lima Puluh
Sumatera Utara membuat kemasan kecil menjadi satu bungkusan dengan kertas
bertuliskan belanja temu lawak, kunyit dan peralatan alat jamu lainnya.
Pengguna dan sasaran Narkoba yang paling banyak adalah generasi
muda yang masih produktif, sehingga pada saat kita harus kehilangan generasi
yang cerdas tidak beretika kehilangan jati diri serta tidak bernurani. Selain dari
itu ada penyimpangan social yang melanda negeri ini termasuk belum
terberantasnya berbagai macam jenis perjudian, efek dari judi tersebut dalam
masyarakat menimbulkan penyakit malas bekerja sehingga SDM yang handal tidak
akan besinergi di masa depan.
Dari moralitas bangsa yang menyimpang itu pada perinsipnya didasari
arus globalisasi dan informasi yang tidak seimbang antara knowledge, afeksi dan spritualitas
masyarakat sehingga prilaku masyarakat
cenderung melakukan hal-hal yang menyimpang, secara tataran akademi dapat
dipetakan perilaku masyarakat lewat nilai-nilai moral di lakukan oleh
masyarakat itu sendiri. Prof. Darmiyati Zuhcdi membagi prototive prilaku
masyarakat kepada tiga hal.
Pertama prilaku pra Konvensional;
perilaku ini adalah merupakan Moralitas Hereronomi, ia menganggap benar
itu apabila taat kepada hukum karena takut untuk dihukum. Prototive ini disebut
pandangan egosenteris, tidak mempertimbangkan keinginan orang lain atau tidak
menyadari bahwa orang lain berbeda dengan dirinya sendiri.
Kedua prilaku Konvensional, perilaku ini merupakan harapan bersama
antarpribadi, hubungan dan pesesuaian antarpribadi. Ia menganggap sesuatu itu
benar apabila berbuat sesuai dengan harapan orang-orang yang dekat dengan
dirinya atau sesuai dengan harapan orang pada umumnya.
Ketiga, Pasca Konvensional, prilaku ini merupakan kontrak social
atau hak milik dan hak individu, ia menganggap dan menyadari kebenaran itu
bahwa masyarakat memiliki berbagai nilai dan pendapat.
Tampaknya yang paling banyak dilakonkan oleh masyarakat kita adalah
prilaku pra konvensional dan
konvensional sementara prilaku pasca konvensional sangat jarang
dilakukan oleh masyarakat. Prilaku penyimpangan-penyimpangan social dan
patologi social yang disebutkan di atas adalah merupakan tindakan prilaku pra konvensional
dan konvensional, karena tindakan yang mereka lakukan tidak memikirkan orang
lain, mereka hanya takut hukuman dan melanggar aturan norma masyarakat, Negara
dan lazim tidak perduli dengan nilai religiusitas yang di anugerahkan Tuhan
terhadapnya.
Tiga Pilar Penyangga
Moralitas Bangsa
Dari berbagai macam prilaku
moralitas bangsa yang menyimpang yang terjadi pada masyarakat kita ini baik
yang telah disebutkan di atas maupun yang tidak disebutkan di atas pada
dasarnya disebabkan oleh krisis mental yang didesak oleh materialistis,
pragmatis dan kapitalis. Akumulasi ini di presser oleh globalisasi dan
informasi pada akhirnya menuntut semua pihak bergeser dari nilai yang positif
menjadi negative.
Upaya agar pergeseran
moralitas bangsa sehingga tetap dapat
dipertahankan atau paling tidak meminimalisir penyimpangan social maka ada tiga
pilar penyangga yang harus di tanamkan dalam prilaku kehidupan sehari-hari.
Pertama tegaknya pilar keagamaan, suatu kenyataan menunjukkan bahwa
semua agama sangat menginginkan tindakan dan prilakunya akan bernilai moral di
dalam kehidupan masyarakat. Agama dalam prespektif Islam adalah ajaran Tuhan
yang memberikan peluang keselematan dunia dan akhirat. Penganut ajaran agama
Islam yang berdasarakan al-Qur`an dan Hadist ini akan selalu memberikan
keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Oleh karena itu betapapun
kencangnya arus globalisan dan informasi jika agama dibuat sebagai filternya ia
sudah barangtentu tidak terkontaminasi arus yang datang dari luar dirinya. Jadi
orangtua, generasi muda dan masyarakat dewasa ini sudah melupakan kehadiran
Tuhan dalam proses kehidupan ini, jika ini yang terjadi maka wajar moralitas
bangsa terpuruk dan semakin chaos di masa depan.
Kedua tegaknya pilar social, sejarah menunjukkan di mana sebelum paham
benar masyarakat tentang kehidupan beragama yang menjadi acuan dalam prilaku
bermasyarakat adalah tegaknya pilar social, siapapun tidak ada yang berani
melanggar aturan social, dan tentunya pelanggaran nilai social yang dilakukan
cepat atau lambat dia akan mendapat sanksi social dari masyarakat di mana di
bermukim. Dahulu jika ada orang yan berzina, maka dia akan diusir dari desanya,
jika ada orang mencuri, maka ia akan dihakimi massa dan banyak lagi contoh lain
yang harus diadopsi utuk ditanamkan kembali nilai social terhadap masyarakat
kita. Jika perekatan social sudah mantap di laksanakan di dalam masyarakat maka
dapat mengurangi penyimpangan moral anak bangsa ini.
Ketiga tegaknya pilar adat dan budaya, adat dan budaya merupakan
tatanan kehidupan bagi masyarakat kita, adat dan budaya kita bangsa Indonesia
pada dasarnya sangat kental menjaga keharmonisan antar sesama, budaya korupsi,
markus, pelecehan seksual, pornografi/pornoaksi, trifiking Narkoba, judi dan
sejumlah penyimpangan moral lainnya bukan adat dan budaya kita. Maka untuk
tegaknya moral masyarakat tidak lain salahsatu kuncinya adalah harus kita
kembalikan masyarakat ini untuk memahami dan mengamalkan nilai adat dan budaya
kita.
Penutup
Demikian sekedar ulasan
tentang moralitas bangsa yang terpuruk, maka jalan keluar yang harus kita
tempuh adalah memberdayakan para ulama tokoh adat dan budaya serta memberikan
dukungan moral dan material untuk memberikan kajian-kajian kontemporer terhadap
tiga dimensi pilar tegaknya moralitas bangsa. Percayalah jika ketiga pilar itu
dapat dipahami oleh masyarakat dan generasi muda maka akan terwujudlah
masyarakat yang makmur serta masyarakat yang demokratis yang selalu memberikan
terbaik kepada orang lain. Trims (penulis adalah Dosen STAIN Padangsidimpuan)
Padangsidimpuan Maret 2011
Penulis
Drs. Samsuddin
M.Ag
Tidak ada komentar:
Posting Komentar