MEMBONGKAR MITOS SEKOLAH FAVORIT,
UNGGULAN DAN SEKOLAH PLUS
OLEH:
Drs.Samsuddin,M.Ag *)
Salah satu urusan para orangtua yang fenomenal di seputaran bulan Juni dan
Juli 2012 ini adalah mencari sekolah yang refsentatif sebagai tempat pendidikan
anaknya untuk mencari ilmu pengetahuan. Satuan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai
dengan jenjang Perguruan Tinggi (PT) meretas publikasi dan menebar informasi serta
publikasi yang masing-masing mangakui bahwa satuan pendidikannya adalah yang
terbaik, tidak mau kalah tanding dengan instrument spesifikasi yang di tawarkan
cukup menarik, ada yang mendeklarasikan
sekolahnya sebagai sekolah favorit, unggulan dan sekolah plus.
Fenomena publikasi yang ditawarkan oleh satuan pendidikan tersebut
berujung pada kebingunan para orangtua untuk mencari pendidikan bagi buah
hatinya, mau masuk kepada sekolah favorit biayanya mahal, untuk masuk sekolah
unggulan otak si anak pas-pasan dan untuk masuk sekolah plus harus punya
segudang prestasi dan sertifikat sebagai pendukung untuk bisa goal dan masuk
pada sekolah tersebut.
Akhirnya orangtua harus menanggung resiko mencari sekolah murah tetapi
menjanjikan mengembangkan potensi anak sebagai investasi masa depan. Kenyataan
pahit inilah yang dirasakan sejumlah orangtua dewasa ini pada setiap kali
datang tahun ajaran baru seperti tidak
terkecuali pada tahun ajaran baru 2012-2013 ini.
SEKOLAH
FAVORIT, UNGGULAN DAN SEKOLAH PLUS: BEDA TIPIS
Awan sundiawan
pernah mengatakan bahwa ternyata sekolah
favorit itu sekolah pengelolaanya profesional. Sementara sekolah unggulan adalah
sekolah-sekolah yang menerima input siswa yang sudah berprestasi (baca:
memiliki NEM yang tinggi). Jadi sesungguhnya sekolah ini lazim disebut kolaborasi anak-anak cerdas sehingga dengan
memilih input yang baik otomatis hasil outputnya pun akan baik. Beberapa pakar
pendidikan mempertanyakan definisi dari Sekolah Unggulan akhirnya memunculkan konsep pengertian sekolah
unggulan. Atau dalam terjemahan bebasnya diambil dari kata “Effective School”
Dari paradigma
di atas, secara realitasnya sekolah unggulan memilki prottipe yang beragam
antara lain; pertama sekolah unggulan tipe input cerdas;
tipe ini sekolah tersebut menerima dan menyeleksi secara ketat siswa
yang masuk dengan kriteria memiliki prestasi akademik yang tinggi. Meskipun
proses belajar-mengajar sekolah tersebut tidak luar biasa bahkan cenderung
ortodok, namun dipastikan karena memilih input yang unggul, output yang
dihasilkan juga unggul. Kedua
sekolah unggulan tipe mewah dengan menawarkan fasilitas yang serba mewah, yang ditebus dengan SPP yang sangat tinggi. Konon, untuk sekolah dasar unggulan di Parung, Bogor uang pangkalnya saja bisa sekitar lebih dari 7 juta. Dan ketiga Sekolah unggul konvensional ini menekan pada iklim belajar yang positif di lingkungan sekolah. Menerima dan mampu memproses siswa yang masuk sekolah tersebut (input ) dengan prestasi rendah menjadi lulusan (output) yang bermutu tinggi. Jadi dengan kata lain sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu ditunjukkan prestasinya tersebut.
sekolah unggulan tipe mewah dengan menawarkan fasilitas yang serba mewah, yang ditebus dengan SPP yang sangat tinggi. Konon, untuk sekolah dasar unggulan di Parung, Bogor uang pangkalnya saja bisa sekitar lebih dari 7 juta. Dan ketiga Sekolah unggul konvensional ini menekan pada iklim belajar yang positif di lingkungan sekolah. Menerima dan mampu memproses siswa yang masuk sekolah tersebut (input ) dengan prestasi rendah menjadi lulusan (output) yang bermutu tinggi. Jadi dengan kata lain sekolah unggulan adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu ditunjukkan prestasinya tersebut.
Lain
pula halnya sekolah plus (Sekolah Nasional Plus). Istilah ini umumnya mengacu
pada sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum Nasional dengan kombinasi
kurikulum Negara lain. Oleh karena itu sekolah ini disebut sebagai sekolah
bertaraf internasional.
Jenis
Sekolah apapun
tipenya supaya bisa dikatakan sekolah favorit, unggul dan plus harus memiliki
Kepala Sekolah yang Profesional, Guru-guru yang tangguh dan professional, Memiliki
tujuan pencapaian filosofis yang jelas, Lingkungan yang kondusif untuk
pembelajaran, Jaringan organisasi yang baik, Kurikulum yang jelas, Evaluasi
belajar yang baik dan Partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan
sekolah.
Dengan
demikian hampir tidak bisa dibedakan antara sekolah favorit, unggulan dan
sekolah plus, jenis lembaga satuan pendidikan ini terkesan mahal dari segi
pembiayaan, disamping bagetnya mahal terkesan juga ekskulsif, ibarat menara
gading indah bagus tapi sulit terjangkau. Hanya orang atau anak tertentu yang
bisa masuk sekolah ini, tapi yang paling menentukan adalah tingkat ekonominya
relative mapan, jangan harapkan tingkat ekonomi menengah kebawah masuk dalam
kategori pendidikan ini, nyaris tidak bisa, karena kost pendidikannya telah
disetting pada orang-orang yang mampu ekonominya. Maka eksesnya bisa menibulkan
kesenjangan social
Paradigma sekolah dengan model
ekskulsif ini membawa kesan bahwa orang atau anak yang IQ pintar dan potensinya
bagus tetapi tidak mendapatkan kesempatan untuk dididik dengan lembaga
pendidikan yang baik, dengan demikian gaya pendidikan tersebut sama halnya
dengan pendidikan pembunuhan karakter pada anak, diskrimiantif, tidak adil dan
bertentangan UUD 1945 justeru di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dinyatakan bahwa tiap-tiap warga
Negara berhak mendapat pengajaran,oleh karena itu pemerintah wajib mengusahakan dan
menyelenggarakan satu system pengajaran nasional yang diatur dengan
undang-undang, selain dari bertentangan pula dengan landasan operasional
pendidikan nasional dan aturan main pendidikan nasional sebagaimana yang
terdapat pada UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pada BAB II pasal tentang tujuan
pendidikan nasional, yang intinya adalah kehadirian pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik.
SEKOLAH
ALTERNATIF: PENDIDIKAN UNTUK KITA SEMUA
Jika model
sekolah seperti halnya yang disebutkan di atas terus berkembang dan bahkan tampaknya
terus bertambah setiap tahun, selanjutnya
mendapat legitimasi dari pemerintah dengan tidak mengubah systemnya yaitu dengan
tetap menonjolkan sisi matarialnya maka cepat atau lambat pendidikan nasional
akan mengalami keruntuhan nilai yang sangat dahsyat, yang akhirnya anak dan
orangtua yang nota benenya akan menjadi kelompok masyarakat, tentunya komunitas
masyarakat akan terjadi kesenjangan social, yakni kelompok yang berpendidikan
kelas satu dan kelompok berpendidikan kelas dua. Suatu kenyataan menunjukkan
dewasa ini telah muncul paradigma bahwa
orang yang kayalah yang mendapatkan pendidikan yang bagus, sehingga orang
miskin tidak ada motivasinya untuk bangun dan memulai pencerahan terhadap
generasinya, justeru dari persepsinya terhadap pendidikan sudah pesimistis,
persepsi inilah yang menyebabkan banyaknya orang miskin yang pintar jadi putus
sekolah atau tidak mampu melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinngi. Kelompok atau komunitas kelas tersebut semakin
lama semakin curam dan besar kemungkinan akan terjadi repolusi pendidikan.
Untuk mengatasi system sekolah
sectarian itu maka perlu sebuah pemikiran yang cerdas dengan merekonstruksi
ulang kembali pendidikan nasional artinya pemerintah harus bisa meruntuhkan simbol-simbol material dalam pendidikan dengan memberikan
pendidikan gratis kepada setiap anak .
Disisi lain perlu diciptakan “sekolah
berbasis kesetaraan” dengan tidak membedakan anak yang mampu dengan anak
yang tidak mampu, sekolah ini bercirikan disiplin, professional, modern, anak
tidak dituntut dan tidak bebani dengan kewajiban-kewajiban yang bersifat
material seperti castum sekolah, sipatu dan symbol-simbol yang menunjukan
kemewahan bagi anak, sehingga anak boleh berkreasi dan menggali potensinya
secara efektive dengan mengandalkan kesederhanaan tapi penuh demokratis dan
nilai.
PENUTUP
Demikian
tulisan ini diluncurkan untuk tidak salah mencari lembaga pendidikan bagi
anak-anak kita, dan menjadi kontribusi kepada pemerintah, masyarakat untuk membangun
kualitas pendidikan yang mengandalkan dan menonjolkan humanitis ketimbang pragmatis. * (penulis adalah Desen
Strategi Pembelajaran pada STAIN Padangsidimpuan)
Padangsidimpuan, juni 2012
Penulis
Drs.
Samsuddin M.Ag
Tidak ada komentar:
Posting Komentar